Kamis, 13 November 2014

Heran



Ftv sampah

Saya terkadang heran melihat anak SD/SMP sudah bisa pacaran, ciuman bahkan lebih. Tahukah anda dari mana mereka meniru dan mempelajari prilaku tidak baik seperti itu?
Menurut saya itu semua mereka pelajari  dari sinetron-sinetron, FTV serta media sosial yang menggobral. Ketika suatu hal di tayangkan di media seperti  televisi, masyarakat terutama anak-anak dan remaja menganggap itu lumrah dan layak untuk di contoh.
Sinetron Indonesia itu ceritanya tidak jauh-jauh dari kisah cinta-cintaan anak muda, rebutan suami, rebutan harta warisan, anak yang tertukar, haji yang bad temper, dan naga-nagaan.
Tidak heran pagi-pagi liat di headline koran beritanya kebanyakan tentang  pencabulan antar siswa dan siswi sekolah,  tentang KDR, kekerasan dan hal-hal aneh lainya. Itu semua sudah termindset dalam pemikiran masyarakat kita.

Diam tak selalu emas



 Diam tak selalu emas 

Jika bicara adalah perak dan diam adalah emas, itu filosofi yang tak asing bagi umat awam, namun tahukah anda tak selalu diam itu emas ?
Diam itu terkadang tak lebih dari senjata untuk sembunyikan kelemahan dan sikap penggecutnya saja, apakah kita akan diam saja ketika negara ini di jajah habis oleh investor asing yang hanya menggagungkan uang namun tak memikirkan dampak apa yang akan terjadi ketika alam murka.
Contoh nyata dari kasus tersebut adalah kota Jakarta sebagai ibu kota  negara kita, akibat pembangunan besar-besaran baik yang di lakukan oleh pemerintah maupun investor asing yang berdampak besar kala musim hujan tiba. Banjir menjadi momok menakutkan yang setiap tahun akan datang di ibu kota negara ini, dataran yang semakin menurun tiap tahunya, jumblah penduduk yang makin bertambah tiap tahunya menjadi musuh terbesar bagi pemerintah itu sendiri, ini di akibatkan oleh bangunan-banguan yang di bangun hampir di semua sudut di kota Jakarta, mereka tidak memikirkan dampak apa yang akan terjadi jika semua lahan di bangun dengan gedung-gedung tinggi seperti itu.
Ketika musim hujan maka banjir akan merajalela disana, itu di sebabkan oleh kurang nya pohon untuk menyerap air yang datang karna hampir di semua sudut di Jakarta itu di penuhi dengan banguan-bangunan megah yang saling bersaing untuk membuat tempat semenarik mungkin untuk menarik minat warga.
Macet, itu yang selalu saya rasakan ketika pergi kekota Jakarta, di sebabkan hampir di semua pintu rumah mempunyai kendaraan baik roda dua maupun roda empat, bahkan banyak yang memilikinya lebih dari satu atau dua kendaraan saja, itu yang membuat macet di Jakarta. Semakin banyak dan semakin mahal kendaraan yang dia punya makan akan menunjukan setatus seseorang tersebut. dan kalian tau kan dampak apa yang akan terjadi dari itu. Lapisan ozon akan semakin menipis.
Sisahkan lah sedikit lahan untuk anak-anak bermain, dan tanamlah pohon sebanyak-banyaknya agar sedikit saja mengguragi beban alam.